Lampung Tengah –Hal itu berkenaan dengan adanya insiden atap runtuh yang terjadi di puskesmas yang berlokasi di Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dan insiden itu berulang hingga dua kali.
Kekhawatiran itu menuntut Dinas Kesehatan untuk melakukan uji kelayakan bangunan baru yang bahkan belum sempat digunakan itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah Lidia Dewi mengatakan, dirinya akan bersurat ke Sekretaris Daerah (Sekda) untuk meminta tim ahli independen agar menilai kelayakan bangunan baru tersebut.
“Kami memahami insiden runtuhnya atap bangunan baru di Puskesmas Kalirejo akan berdampak dan ada kekhawatiran untuk jangka panjang. Oleh karena itu kita akan pertimbangkan ulang untuk langkah kedepan,” kata Lidia Dewi, Selasa (21/1/2025).
Meski demikian, Lidia mengatakan bahwa status bangunan masih tanggung jawab pihak ketiga atau kontraktor.
Selain itu, dalam kontrak sudah disepakati bahwa insiden runtuhnya bangunan masih dalam range garansi atau tanggung jawab penuh dari vendor untuk memperbaikinya.
Namun sejauh ini, di lokasi bangunan puskesmas tersebut belum ada aktivitas perbaikan dan bentuk tanggung jawab dari vendor atas insiden itu.
“Sejauh ini hanya ada pembersihan puing-puing atap yang runtuh, itupun dilakukan oleh pihak puskesmas karena setiap hari mereka masih berpraktik,” kata dia.
Atap Runtuh Dua Kali
Hujan deras yang melanda Lampung Tengah kembali membuat atap bangunan Puskesmas Kalirejo runtuh.
Parahnya, atap bangunan yang baru saja selesai dibangun itu runtuh dua kali, yakni pada Kamis (9/1/2025) dan Minggu (12/1/2025).
Sejumlah pihak pun menilai pembangunan Puskesmas Rawat Inap itu tidak mementingkan kualitas.
Buruknya pembangunan fasilitas kesehatan itupun menjadi sorotan DPRD Lampung Tengah bahkan menilai bangunan tersebut tidak layak pakai.
Seperti yang dikatakan Muslim Ansori selaku anggota DPRD Lampung Tengah usai melihat langsung Puskesmas Kalirejo paska runtuhnya atap paska diterjang hujan.
“Kualitas pembangunan Puskesmas Kalirejo tidak jelas, bangunan itu tidak layak jika sudah rusak sebelum digunakan,” kata Ansori.
Dia menilai, dengan risiko bangunan rubuh, tujuan yang seharusnya dipakai untuk fasilitas kesehatan itu justru akan membahayakan pasien.
Ansori menganggap Dinas Kesehatan seharusnya lebih cepat dalam menangani kejadian yang sudah terulang dua kali ini.
Bahkan karyawan dan pasien yang akan menggunakan bangunan tersebut pun bakal takut untuk berada di dalamnya.
“Kalau tidak ditangani tentunya bakal mengkhawatirkan dan takut bangunan akan runtuh lagi di kemudian hari bahkan berpotensi ada korban,” ujar dia.
Di tempat yang sama, Wahyudi selaku masyarakat setempat pun langsung menilik bangunan puskesmas setelah terjadi rubuh.
Dia mengaku sempat mengelilingi bangunan tersebut, dan langsung menyimpulkan bahwa bangunan tersebut tidak layak.
“Saya sempat keliling setelah roboh kedua, saya temukan banyak sisi gedung yang sudah retak, tidak ada pengangga, bangunannya carut marut,”
“Bahkan pada saat awal pembangunan, pondasinya tidak digali meskipun ada cakar ayamnya, kan bahaya kalau jadinya begini,” ujarnya.
Wahyudi berharap segera ada perbaikan yang konkret agar masyarakat dan karyawan Puskesmas Kalirejo tidak takut menggunakan bangunan tersebut.
Sebab, kata dia, jika bangunan tersebut dipaksa untuk digunakan bakal membahayakan manusia yang ada di dalam bangunan.
Terlebih jika sedang dalam kondisi hujan deras seperti sekarang ini.
“Kasarnya aja untuk neduh ada orang nggak mau karena takut ketimpa bangunan rubuh, apalagi dipakai untuk berobat,” tutupnya.(Team)